Dalam keberhasilan sebuah kepemimpinan, dapat diukur dengan cara subyektif maupun kualitatif. Mengukur sebuah keberhasilan akan sangat lebih mudah jika sudah melihat bagaimana dan apa saja yang dilakukan. Artinya melihat cara penerapannya. Baik dalam pencapaian visi misi ataupun melakukan asosiasi dengan fungsi dan peranannya.

Sedang mengukur Leadership Skill secara sekilas akan lebih berfihak dengan subyektifitas, selain dengan pola atau metode psikotest dengan berbagai cara. Hanya saja, dengan banyak tool yang saat ini digunakan sudah sangat terbuka untuk umum. Artinya sangat dimungkinkan untuk dipelajari. Sehingga hasil secara psikotest yang diharapkan oleh “pengukur” skill tersebut dapat dibuat. Atau setidaknya diarahkan untuk mendekati.

Secara subyektif, lebih dengan “feel” kita akan lakukan saat interview, diskusi atau sharing pengalaman. Kenapa dengan feel? Karena apapun kita hanya bisa disuguhkan bukti otentik dengan lembaran yang menuliskan secara general. Misal jabatan, kepangkatan, kepesertaan training, dll. Sedang kondisi nyata saat memangku jabatan atau saat training, kita tidak tahu sama sekali. Referensi itu yang digunakan untuk memutuskan.

Referensi itu yang memberikan masukan kepada internal kita (dibaca fikiran dan rasa) untuk memberikan sebuah keputusan. Jika kita melihat apa yang dilakukan, bagaimana sepak terjangnya, progres terhadap tim, dll, kita jauh akan bisa memberikan sebuah penilaian yang kualitatif.

(lebih…)